ICUDDR-Logo click for home.

< Back to All Resources

Regional Differences Between People Who Inject Drugs in an HIV Prevention Trial Integrating Treatment And Prevention (HPTN 074): A Baseline Analysis

Developed by Indonesia ITTC

Published on 9/26/2018

Introduction



Pendahuluan



 



Given the ethical complexity of mitigating stigma and legal risks and providing effective harm reduction services, PWID have been largely excluded from HIV prevention trials]. Although HIV Prevention Trials Network (HPTN) 052 demonstrated the benefit of early antiretroviral therapy (ART) among people living with HIV to prevent sexual HIV transmission, the trial excluded active PWID.



Mempertimbangkan kompleksitas dalam mengurangi stigma dan risiko legal serta menyediakan layanan pengurangan dampak buruk yang efektif, penasun sering tidak dilibatkan dalam penelitian pencegahan HIV. Meskipin HIV Prevention Trials Network (HPTN) 052 menunjukkan manfaat dari terapi obat ARV sedini mungkin pada ODHA untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual, namun uji klinis tersebut tidak melibatkan penasun aktif.



Injection behaviours among PWID after initiating ART may change due to alterations in risk behaviours or increased attention to health concerns leading to a reduction in injection related risks or an increased use of sterile injection equipment. Continued substance use may also lead to poor ART adherence and retention, treatment failure and transmission of resistant strains. To maximize the potential for treatment success, novel approaches for offering ART in conjunction with substance use treatment modalities to PWID must be explored, particularly across multiple regions.



Perilaku menyuntik diantara penasun setelah memulai obat ARV dapat berubah akibat perubahan dalam perilaku berisiko atau perhatian akan masalah kesehatan yang meningkat sehingga mengarah kepada pengurangan risiko terkait perilaku menyuntik atau peningkatan penggunaan alat suntik steril. Penggunaan NAPZA yang berkelanjutan dapat mengarah kepada retensi dan tingkat kepatuhan minum obat ARV, kegagalan pengobatan, dan kemungkinan penularan strain virus yang resisten terhadap obat ARV.



HPTN 074 was designed to determine the feasibility, barriers and uptake of a multisite, integrated intervention combining supported referrals and brief psychosocial counselling for the early engagement of ART and substance use treatment for PWID living with HIV. HPTN 074 enrolled HIV discordant PWID networks of HIV-positive PWID with unsuppressed viraemia and their HIV-negative PWID injection partners in three geographically and culturally distinct regions: Indonesia, Ukraine and Vietnam.



HPTN 074 dirancang untuk menentukan kelayakan, hambatan, serta serapan dari intervensi yang terintegrasi dengan menggabungkan rujukan dukungan dan konseling psikososial singkat bagi keterikatan dini dalam pengobatan ARV dan adiksi bagi penasun dengan HIV. HPTN 074 melibatkan jejaring penasun dengan status HIV-discordant bagi penasun dengan HIV positif yang memiliki jumlah viremia yang tinggi dan pasangan menyuntik mereka yang HIV negatif di 3 wilayah yang berbeda secara geografis dan budaya: Indonesia, Ukraina, dan Vietnam.



Here, we examine regional differences in the baseline risk structure, including sociodemographics, HIV and substance use treatment history, and injection and sexual risk behaviours, among the HPTN 074 study cohort.



Dalam penelitian ini, kami melihat perbedaan regional pada struktur risiko di awal penelitian berlangsung, yaitu sosiodemografis, riwayat pengobatan HIV dan adiksi, serta perilaku menyuntik dan seksual diantara pasangan penelitian studi HPTN 074.



 



 



Methods



Metode Penelitian



 



This study was conducted among PWID in three distinct locations with documented HIV epidemics among PWID: Jakarta, Indonesia; Kyiv, Ukraine; and Thai Nguyen, Vietnam. The study population included PWID networks with two participants’ types: index participants living with HIV with unsuppressed viraemia (≥1000 copies/mL) and their HIV-negative network injection partners. Index participants in the intervention arm received a standard harm reduction package and an integrated intervention that included: (1) systems navigators to facilitate engagement, retention and adherence in substance use treatment and HIV care; (2) psychosocial counselling to facilitate substance use treatment and HIV care and medication adherence; and (3) referral for ART at any CD4 count. Index participants in the standard of care arm received the World Health Organization (WHO) package of care for PWID, including HIV testing and counselling and referrals for ART, diagnosis and treatment of sexually transmitted infections, hepatitis B and C virus, and tuberculosis, as appropriate.



Penelitian ini melibatkan penasun di 3 wilayah geografis berbeda yang memiliki data epidemik HIV pada penasun: Jakarta, Indonesia; Kyiv, Ukraina; dan, Thai Nguyen, Vietnam. Populasi penelitian ini adalah jejaring penasun dengan dua tipe partisipan: partisipan indeks dengan HIV positif dan viremia yang tinggi (> 1000 kopi/mL) dan pasangan menyuntik mereka yang HIV negatif. Partisipan indeks pada kelompok intervensi menerima paket pengurangan dampak buruk standar serta intervensi yang terintegrasi yang meliputi: (1) Navigator Sistem, untuk memfasilitasi keterikatan, retensi, dan kepatuhan dalam pengobatan HIV dan adiksi; (2) Konseling Psikososial, untuk memfasilitasi kepatuhan terhadap pengobatan HIV dan adiksi; dan (3) Rujukan ke pengobata ARV tanpa melihat nilai CD4. Partisipan indeks di kelompok layanan standar menerima paket layanan standar WHO untuk penasun, termasuk tes dan konseling HIV serta rujukan untuk obat ARV, diagnosa dan pengobatan infeksi menular seksual, Hepatitis B dan C, serta Tuberkulosis, yang sesuai.



 



 



Results



Hasil Penelitian



 



The baseline cohort, including index and network partners, was predominantly male (87.3%), with most females enrolled at the Ukraine site. The median age at enrolment was 34 years (IQR: 30, 38). Unlike Indonesia and Vietnam, most Ukrainian participants were married or living with a sexual partner (57.7%). Overall, 54.7% of participants in Indonesia and 41.8% in Ukraine completed college or technical college, compared to only 4.8% in Vietnam. Most Ukrainian participants were unemployed (65.0%), while most participants in Indonesia (73.6%) and Vietnam (77.5%) were employed either full- or part-time. Most commonly injected substances included illegally manufactured methadone in Ukraine (84.2%), and heroin in Indonesia (81.8%) and Vietnam (99.5%). Injection network sizes varied by region: median number of people with whom participants self-reported injecting drugs was 3 (IQR: 2, 5) in Indonesia, 5 (IQR: 3, 10) in Ukraine and 3 (IQR: 2, 4) in Vietnam. Hazardous alcohol use, assessed using the Alcohol Use Disorders Identification Test – Alcohol Consumption Questions (AUDIT-C), was prominent in Ukraine (54.7%) and Vietnam (26.4%). Reported sexual risk behaviours in the past month, including having two or more sex partners and giving/receiving money or drugs in exchange for sex, were uncommon among all participants and regions. Almost half (46.5%) of participants in Indonesia, over half in Ukraine (53.2%) and over three-quarters in Vietnam (77.4%) reported never having participated in methadone maintenance or any other MAT programme prior to enrolment.



Data baseline, meliputi partisipan indeks dan pasangan menyuntiknya, menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan adalah laki-laki (87,3%) dengan site Ukraina memiliki partisipan perempuan terbanyak. Usia rerata pada saat enrolment adalah 34 tahun (IQR: 30, 38). Tidak seperti site Indonesia dan Vietnam, sebagian besar partisipan di site Ukraina berstatus sudah menikah atau tinggal dengan pasangan seksual (57,7%). Secara keseluruhan, 54,7% partisipan di Indonesia dan 41,8% di Ukraina adalah lulusan perguruan tinggi atau sekolah tinggi teknik, dibandingkan dengan site Vietnam, 4,8%. Sebagian besar partisipan di Ukraina tidak bekerja (65%), sementara partisipan di Indonesia (73,6%) dan Vietnam (77,5%) bekerja penuh ataupun paruh waktu. Zat yang paling sering disuntikkan adalah metadon yang diproduksi secara illegal untuk site Ukraina (84,2%), dan heroin untuk site Indonesia (81,8%) dan Vietnam (99,5%). Ukuran jejaring menyuntik bervariasi berdasarkan wilayah; angka median untuk pasangan menyuntik dari indeks adalah 3 (IQR:2, 5) di Indonesia, 5 (IQR: 3, 10) di Ukraina, dan 3 (IQR: 2, 4) di Vietnam. Konsumsi alkohol yang berbahaya, dinilai menggunakan the Alcohol Use Disorders Identification Test – Alcohol Consumption Questions (AUDIT-C), banyak diaporkan di Ukraina (54,7%) dan Vietnam (26,4%). Perilaku seksual berisiko yang dilaporkan dalam sebulan terakhir, termasuk memiliki dua atau lebih pasangan seksual serta memberi/menerima uang atau NAPZA sebagai alat tukar untuk hubungan seksual, merupakan hal yang tidak umum dilakukan oleh partisipan penelitian di seluruh site. Hampir separuh (46,5%) partisipan di Indonesia, lebih dari separuh di Ukraina (53,2%), dan lebih dari ¾ partisipan di Vietnam (77,4%) melaporkan tidak pernah mengakses layanan metadon atau program Pengobatan-dengan-Bantuan-Obat (Medication-Assisted Treatment; MAT) sebelum masuk ke dalam penelitian ini.



 



 



Conclusions



Kesimpulan



 



While regional differences in risk structure exist, PWID particularly in Ukraine need immediate attention for risk reduction strategies. Substantial regional differences in risk structure will require flexible, tailored treatment as prevention interventions for distinct PWID populations.



Meskipun terdapat perbedaan regional dalam perilaku berisiko, penasun khususnya di Ukraina membutuhan perhatian mendesak terkait stgrategi pengurangan perilaku berisiko. Perbedaan regional yang penting dalam perilaku berisiko membutuhkan pengobatan serta intervensi pencegahan yang fleksibel dan disesuaikan bagi populasi penasun.


https://www.hptn.org/research/publications/834

Materials

 

Related Topics


This product was developed by this Center under previous funding as part of the Addiction Technology Transfer Center Network through the President's Emergency Plan For AIDS Relief (PEPFAR)/Substance Abuse Mental Health Administration (SAMHSA).